Trasnportasi di Kota Bandung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Transportasi atau perangkutan adalah kegiatan perpindahan orang atau barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan sarana kendaraan (Warpani, 2002). Transportasi darat memiliki berbagai macam bentuk dan fungsi, ada yang digunakan secara pribadi dan ada pula yang digunakan secara umum. Transportasi terbagi menjadi beberapa jenis , diantaranya adalah transportasi udara, laut dan darat. Jenis transportasi udara secara umum adalah (pesawat terbang dan helicopter), transportasi laut (kapal motor , perahu layar, perahu dayung), transportasi darat (mobil, motor, kereta api, sepeda). Transportasi darat adalah jenis alat transportasi yang paling banyak digunakan dan sering ditemui oleh manusia.
Perkembangan transportasi setelah jaman industrialisasi berjalan dengan sangat cepat, demikian juga dengan inovasi – inovasi yang berkembang sangat cepat. Perkembangan desain dan teknologi pada kendaraan ditujukan untuk perkembangan kebutuhan efisiensi dan efektifitas kendaraan serta penyesuaian terhadap zaman. Hal tersebut kemudian mempengaruhi terhadap jumlah pengguna kendaraan bermotor di Dunia yang mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan melalui perkembangan jumlah produksi mobil di dunia, di tahun 1999 produksi mobil berjumlah 39 juta, di tahun 2011 produksi mobil berjumlah hampir mencapai 60 juta. Dalam waktu 12 tahun jumlah produksi mobil di dunia sudah bertambah sekitar 50 persen dari jumlah sebelumnya dan diperkirakan di dunia sudah ada 1 miliar lebih mobil yang berlalu lalang, dimana angka 1 miliar telah di capai pada tahun 2010 .
Tetapi di beberapa Negara maju seperti Negara Belanda, Pengguaan kendaraan bermotor memiliki jumlah yang hampir tersaingi oleh pengguna sepeda. Warga Belanda yang menggunakan sepeda untuk kegiatan sehari – hari mencapai 31,2%, sedangkan yang menggunakan kendaraan bermotor pribadi mencapai 48,5% dan yang memilih kendaraan umum mencapai 11%. Ada beberapa alasan yang menjadikan masyarakat Belanda banyak menggunakan sepeda, diantaranya adalah adanya dukungan dari pemerintah Belanda mengenai infrastruktur untuk pengguna sepeda yang memadai. Kemudian adalah letak geografis Belanda yang umumnya datar dan tidak berbukit – bukit, serta luas kota yang umumnya tidak terlalu luas.
Di Indonesia pengguna kendaraan bermotor pribadi sangat mendominasi yang mencapai 80.3%, kemudian pengguna kendaraan umum mencapai 16.7% dan pengguna sepeda hanya mencapai 3% (Kompas, 2013), kendaraan bermotor banyak digunakan masyarakat karena alasan kecepatan untuk ketepatan waktu.
Kota Bandung merupakan pusat aktivitas dari provinsi Jawa Barat. Kota Bandung kian lama kian padat, selain karena laju pertumbuhan penduduk di Bandung yang secara umum semakin meningkat, kepadatan ini juga dipengaruhi oleh tingkat mobilitas penduduk di Kota Bandung yang cukup tinggi. Sebagai kota besar yang memiliki fasilitas yang lengkap dalam berbagai bidang (pariwisata, pendidikan, kuliner, budaya, ekonomi, dsb). Penduduk Kota Bandung pada tahun 2012 adalah sebanyak 2.455.517 jiwa (BPS Kota Bandung). Dari tahun 2007-2012 rata-rata pertumbuhan penduduk adalah 1,06%. Luas wilayah Kota Bandung adalah 167,7 km². Secara morfologi, kawasan Kota Bandung terletak di bagian tengah “Cekungan Bandung”. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya, yang secara alamiah tergolong daerah yang cukup sejuk.
Jumlah kendaraan di Kota Bandung mengalami peningkatan 10 – 15 persen setiap tahunnya (Puji Lestari, 2010). Pada tahun 2011 Persentase penggunaan kendaraan bermotor pribdi di Kota Bandung yakni sebanyak 86,7%, pengguna kendaraan umum sebanyak 11,2% dan pengguna sepeda 2,1% (Kompas, 2013). Di tahun 2012 menurut data Dinas Perhubungan, jumlah kendaraan di Kota Bandung mencapai 1,2 juta kendaraan yang terbagi 400 ribu kendaraan mobil dan 800 ribu kendaraan sepeda motor, pennggunanya didominasi oleh pekerja dan pelajar di Kota Bandung. Jumlah tersebut belum termasuk kendaraan dari beberapa kota disekitar Kota Bandung yang beraktivitas (Yanuar
We, 2012). Kota Bandung yang tidak begitu luas akan mendapatkan masalah jika terus menerus dijejali oleh kendaraan bermotor seperti kemacetan.
Banyaknya masyarakat Kota Bandung yang menggunakan kendaraan bermotor untuk melakukan aktivitas sehari-hari, akan menyebabkan semakin banyaknya gas buang emisi yang timbulkan oleh kendaraan bermotor dan mengakibatkan tercemarnya udara Kota Bandung. Kendaraan pribadi meyumbang gas polutan sebesar 22 persen terhadap udara Kota Bandung. Dengan kondisi geografis Kota Bandung yang berbentuk cekungan, keberadaan gas polutan tidak dapat segera menghilang, tetapi tetap berkumpul dan terakumulasi (Puji Lestari, 2006).Berdasarkan data Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Kota Bandung, pengukuran polusi udara di beberapa ruas jalan Kota Bandung tahun 1996 sampai 2005 mengalami peningkatan polusi udara, khususnya pada partikel SPM10 yang mencapai angka 113,2 ppm/24 jam. Padahal kualitas standarnya adalah dibawah 100 ppm/24jam (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1992). Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter (RPM). Akibatnya akan mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah (alveoli), sedangkan debu yang lebih kecil dari 10 μm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi pandangan mata.
Kendaraan bermotor yang semula memiliki fungsi untuk mempermudah mobilitas keseharian, kini menjadi sebuah kendala besar yang memiliki dampak – dampak negatif untuk masyarakat itu sendiri. Masalah yang umum di temui adalah masalah kemacetan dan peningkatan polusi udara.
Melihat dampak negatif yang ditimbulkan dari banyaknya penggunaan kendaraan bermotor, Pemerintah Kota Bandung telah memiliki program pendekatan kepada masyarakat dalam hal kepedulian terhadap lingkungan, terutama dalam ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Seperti adanya program Jum‟at Bersepeda dan pelaksanaan Program Car Free Day (salah satu program untuk mengurangi dan mengendalikan pencemaran udara) Program ini berlangsung pada setiap hari minggu di Jl. Ir.H. Juanda (Dago), Jl. Merdeka dan Jl. Buah Batu. Pemerintah Kota Bandung juga telah menyediakan beberapa
fasilitas yang berhubungan dengan penggunaan sepeda, diantaranya adalah pengadaan jalur sepeda di beberapa ruas jalan serta pengadaan tempat penyewaan sepeda „bike sharing’ yang terdapat di Jl. Cikapayang, Jl. Tamansari, Jl. Ganeca dan Jl. Buah Batu .
Sepeda merupakan alat transportasi darat yang biasa digunakan untuk menempuh jarak dekat, menengah bahkan untuk jarak jauh. Kota Bandung memiliki luas 167,7 km². Sehingga, penggunaan sepeda untuk kegiatan sehari – hari di Kota Bandung sangat baik untuk diterapkan pada masyarakatnya. Seperti halnya kota Amsterdam yang merupakan ibu kota Belanda memiliki luas 166 km² dan banyak penduduknya yang kemudian menggunakan sepeda. Hanya saja letak geografis Kota Bandung agak berbukit – bukit. Tetapi ada kelebihan lain yang dapat dijadian alasan mengapa Kota Bandung cocok untuk bersepeda dalam kegiatan sehari - sehari, antara lain adalah udaranya yang relatif segar.
Dengan adanya program-program pemerintah yang berkaitan dengan penggunaan sepeda menghasilkan perkembangan yang cukup baik pada pertumbuhan pengguna sepeda di Kota Bandung. Perkembangan pengguna sepeda juga dapat dilihat dari hasil penjualan sepeda pada toko-toko penjual sepeda yang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Tetapi berdasarkan hasil pengamatan di beberapa daerah Kota Bandung, sekitar 64% dari 50 pesepeda yang melintas dalam rentang waktu 2 jam, tidak menggunakan perlengkapan untuk keamanan seperti helm ataupun pelindung sikut/lutut. Serta masih ada anggapan-anggapan lain mengenai penggunaan perlengkapan keamanan seperti malas, masalah harga dan lainnya. Saat ini biasanya sepeda hanya digunakan pada event, tempat – tempat tertentu atau hari – hari tertentu saja, masih belum banyak yang memakai sepeda untuk kegiatan sehari – hari (seperti ke kantor, sekolah menengah, kampus, berbelanja dan sebagainya).
Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian pengguna sepeda masih belum mengindahkan keselamatan dirinya masing-masing, dikarenakan adanya beberapa fenomena yang terjadi. Hal tersebut tentu saja didasari karena minimnya media informasi yang di dapatkan, terutama informasi dalam bentuk publikasi cetak.
Dapat disimpulkan dari hal-hal diatas, maka perlu melakukan perancangan mengenai informasi keamanan bersepeda terhadap masyarakat Kota Bandung khususnya pesepeda. Dalam hal ini penulis akan membuat informasi dalam bentuk buku, yang berisi informasi mengenai penggunaan sepeda di Kota Bandung dengan memperhatikan keselamatan saat bersepeda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara melakukan pendekatan terhadap pesepeda Kota Bandung mengenai keselamatan dalam bersepeda ?
2. Bagaimana membuat sebuah media yang informatif dan menarik ?
1.3 Tujuan Perancangan
1. Menentukan metode pendekatan terhadap keselamatan bersepeda di kota Bandung
2. Menentukan cara mengumpulkan informasi yang menarik supaya masyakarat kota Bandung pergi menggunakan sepeda